Anak yang banyak Tanya kadang
dianggap cerewet atau ceriwis, yang membuat orang tua menjadi tidak sabar,
tidak senang bahkan jengkel. Padahal pada masa ini mereka sedang menjalani
proses berpikir yang kritis dan kreatif. Proses berpikir ini bisa menjadi beban
mereka dikelak kemudian hari.
Pertanyaan yang dikemukakan anak
sebenarnya sesuai dengan tahapan-tahapan dimulai dari yang ringan dan sifatnya
fakta. Seperti “Apa nama benda itu?”, “Siapa yang naik motor itu?”, “Kenapa sih
mi?” dan lain-lain. Seiring dengan bertambahnya usia, sikecil mulai memahami
apa yang sebenarnya ada dilingkungannya. Akhirnya pertanyaan yang dikemukakan
pun menjadi lebih abstrak (tidak jelas) dan membutuhkan penalaran yang lebih
detail.Seperti moral, nilai-nilai dalam masyarakat.
Kita sebagai orang tua terkadang
tidak dapat memanfaatkan bahasa perkembangan anak dengan baik. Kebanyakan orang
tua malas menjawab dan memarahi anaknya karena banyak bertanya. Ini sebenarnya
menghambat proses berpikir kritis anak. Padahal penjelasan yang dibutuhkan
anak, sebenarnya tidak yang secara detail. Cukup menjawab sesuai dengan tingkat
umur dan pemahamannya. Anak yang banyak bertanya memang terkadang membuat kita
sebagai orang tua menjadi marah. Tak jarang anak dianggap bandel atau cerewet
padahal ini bukan cerewet, tapi mereka sedang mencari tahu apa yang dia tidak
tahu dan harus direspon secara positif.
Rasa ingin tahun yang dimiliki
oleh anak dapat berkembang sangat dibutuhkan anak sebagai bekal dikelak
kemudian hari terutama untuk menghadapi kemajuan teknologi informasi yang terus
berkembang. Kemampuan anak berpikir kritis membuatnya dapat menyimpan banyak
informasi. Ini mejadi dasar untuk memecahkan masalah yang ia hadapi. Dan
akhirnya anak bersikap optimis dan tak kenal menyerah.
Apa yang bisa dilakukan oleh orang tua agar anak dapat berpikir kritis:
- Ketika anak berusia 1.5 tahun – 3 tahun ia dapat merangkai kata dalam kalimat sederhana Respon kita sebagai orang tua adalah gunakan setiap kesempatan untuk berkomunikasi. Apabila anak meminta sesuatu dengan menunjuk, jangan membiasakan langsung memberikannya, tetapi rangsanglah anak agar mengekspresikannya dalam bentuk bahasa misalnya “apa ini nama mainannya?”
- Ketika anak berusia 3 tahun keatas, biasanya anak sudah mampu memahami pertanyaan dan menjawab pertanyaan dan banyak bertanya tentang sebab akibat. respon kita sebagai orang tua adalah memberikan rangsangan agar anak mampu menceritakan apa yang dialaminya misalnya”kegiatan apa saja yang sudah dia lakukan bersama guru paudnya di sekolah”.
- Berikanlah mainan yang bersifat merangsang cara berpikir anak seperti mainan balok, lego, puzzle atau bila perlu ajarkan anak membuat mainan sendiri dari barang-barang bekas. Misal membuat topeng dari kardus susu atau membuat kapal dari kertas. Disinilah akan timbul cara berpikir kritis dan inovatif.
0 Response to "BAGAIMANA MEMAHAMI BAHASA SI KECIL"
Post a Comment